Sejarah,Misteri dan Asal – Usul Palabuhanratu Bukan Palabuhanratu.; – Palabuhanratu yang merupakan salah satu nama asli tempat di kabupaten Sukabumi ini, banyak orang mengucapkan nama tempat ini dengan Pelabuhan Ratu atau Pelabuhanratu padahal ejaan yang benar adalah Palabuhanratu. kadang hal ini memang sepele tapi kita harus biasakan unuk memanggilnya Palabuhanratu karena ada sejarah , misteri dan asal usulnya sebuah nama palabuhanratu bukan pelabuhanratu atau pelabuhan ratu.
Hal yang mengherankan adalah sebagian besar penduduk setempat, termasuk angkatan udzur, gelap untuk menceritakan asal musal Palabuhanratu. Kebanyakan hanya akan bangga dengan kata ‘Ratu’ yang berarti besar dan mulia. Apakah karena kurangnya tradisi lisan untuk sekedar menceritakan silsilah nenek moyang orang Palabuan ? Ingatan terjauh menyangkut sejarah Palabuan adalah pembangunan jembatan Bagbagan pada masa Ratu Yuliana. Berarti itu jamannya penjajahan Belanda. Bagaimana sebelum itu? Sejauh mengenai karuhun ini, malah terjadi anomali dengan banyaknya penduduk luar Palabuan, khususnya Bogor, yang berburu karuhun di Palabuhanratu. Mengapa demikian ?
Ada tiga hal lagi yang menjadi catatan penting sekitar asal muasal Palabuhanratu. Pertama yaitu situs megalitik Tugu Gede Cengkuk, di Cikakak. Menilik tampilan megalit-nya, kemungkinan adalah peninggalan masa neolitikum sekitar 10.000 SM (masih hipotetif). Setidaknya kajian mengenai situs ini masih sama gelapnya dengan temuan punden berundak di Gunung Padang Cianjur. Hal kedua adalah Samudra Beach Hotel yang dibangun Bung Karno. Tentu saja dengan kamar khusus 308-nya. Yang ketiga adalah – hari hari ini mulai mendapat perhatian – keberadaan komunitas Cipta Gelar dengan acara tahunan Seren Taun. Sebenarnya ada hal terakhir yang menjadi ‘ciri khas’ daerah ini. Yaitu Ma Erot : Penis Enlargement Sepecialist.Kalau begitu, dari mana kita memulai sejarah Palabuhanratu ?
Nampaknya periode Pajajaran Runtag (runtuhnya Pajajaran) menjadi titik awal berdirinya Palabuhanratu. Masa keemasan Pajajaran terjadi ketika Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi bertahta antara tahun 1482 – 1521. Setelah itu perlahan lahan pamornya memudar. Pada masa penggantinya, Prabu Surawisesa (1521-1535), Pajajaran telah kehilangan hampir separuh wilayahnya ( termasuk Cirebon, Galuh, dan Sunda Kalapa). Raja raja setelahnya belum juga menunjukan kualitas setara Siliwangi. Berturut turut seetelah itu adalah Prabu Ratu Dewata (1535-1543), Ratu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakendra (1551-1567) dan Raja terakhir adalah Prabu Raga Mulya Suryakancana (1567-1579). Pada masa Nilakendra, Pakuan sebagai ibukota Pajajaran sudah mulai di tinggalkan penduduk kota. Pada tahun 1579 Pakuan jatuh ke tangan Kesultanan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf.
Yang menarik dapat kita lihat langsung mengenai Pajajaran runtuh oleh perang antar cucu cicit Prabu Siliwangi. Boleh dikatakan, ini perang konyol antar saudara sendiri. Bila dirunut, maka kita bisa memulainya dari berdirinya Kesultanan Cirebon. Kesultanan Cirebon pada mulanya didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Raden Walangsungsang. Raden Walangsungsang adalah anak Prabu Siliwangi dari istrinya yang muslimah, Subang Larang. Adik adik Raden Walangsungsang adalah Nyai Lara Santang dan Raden Sangara. Dari Nyai Lara Santang lahirlah Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menjadi sultan menggantikan Pangeran Cakrabuana alias Raden Walangsungsang. Salah seorang putera Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana Hasanuddin menjadi sultan pertama di Kesultanan Banten. Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Sultan Maulana Yusuf, yang kemudian membumihanguskan Pakuan disaat Raga Mulya Suryakancana bertahta. Bukankah ini perang antar teureuh Pajajaran, keturunan Prabu Siliwangi ?
Kita tidak akan mempersoalkan latar belakang perang antar teurueh Pajajaran itu. Yang Jelas ibukota Pakuan memang dibumihanguskan oleh pasukan Kesultanan Banten pada saat itu. Prabu Raga Mulya menyingkir ke luar kota bersama dengan para pengikutnya. Melihat gelagat jaman, pengikut dan rakyat yang masih setia mengikutinya, akhirnya Prabu Siliwangi V ini berpidato dihadapan mereka. Sebuah pidato perpisahan monumental. Orang kemudian mengenang dan mengenalnya dengan Wangsit Siliwangi.
sampai disini masih kurang puas tentunya teman – teman, karena cerita palabuhanratu sangatlah panjang , tapi di wisatapalabuhanratu akan dikutip secara detail menurut sumber artikel dari inilah-sukabumi , kita akan lanjutkan Sejarah,Misteri dan Asal – Usul Palabuhanratu Bukan Pelabuhanratu.
Terimakasih telah membaca artikel kami semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment